Game  

Review The Offering, Oliver Park Tampilkan Horor Berbeda

The Offer adalah film yang disutradarai oleh Taman Oliverdiproduksi oleh Millennium Media dan didistribusikan oleh Decal.

Film ini berawal dari kisah mitologi kuno yang terkenal di kawasan Eropa. Di awal syuting, The Offering dinamai Abyzou nan, yang merupakan asal mula cerita, yaitu mitologi kuno. Abyzou bercerita tentang iblis wanita yang menyerang anak-anak di bawah usia satu tahun dan ibu yang sedang mengandung.

Syuting untuk The Offers berlangsung di wilayah Sofia, Bulgaria. Meski begitu, film ini memiliki backstory di Eropa dan tidak spesifik ke Bulgaria. Secara cerita, film ini memiliki tokoh protagonis yang berusaha mendamaikan hubungan suaminya dengan orang tuanya. Namun, dia memperhatikan bahwa orang tua suaminya telah mencoba mengkremasi jenazah almarhum. Di tengah rekonsiliasi, suami protagonis melakukan kesalahan dengan memecahkan batu yang merupakan jimat kutukan. Kekacauan ini membuat suami dari tokoh utama bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.

Film ini cocok untuk mereka yang menyukai mitologi kuno atau pecinta horor yang tidak takut dengan efek ketakutan dalam film.

BACA JUGA:  Review: Samsung Galaxy S23 Ultra, making 2-day battery life a genuine possibility

Tidak ada jiwa yang aman. – Penawaran.

Sebagai catatan, sutradara Taman Oliver tampaknya nyaman dengan film bergenre fantasi dan komedi situasi. Keunikan inilah yang juga terlihat pada chapter dan scene yang dihadirkan The Offering, memberikan warna berbeda pada genre seram yang muncul di layar bioskop Indonesia.

Plotnya banyak membahas sudut pandang mitologis dan memang disajikan sedikit terlalu banyak, bagian-bagiannya benar-benar terfokus sejauh “jump scare” yang dihadirkan. Oleh karena itu, bagi mereka yang menyukai “scare-scare”, momen pembahasan mitologi kali ini akan terasa sangat melelahkan dan sedikit membosankan.

Bahkan, subjek ini diperlihatkan melalui trailer yang diberikan, dan sebenarnya akan semakin banyak selama durasi film.

Bagi yang ingin menonton horor dengan cara berbeda, maka inilah saatnya sebelum meninggalkan layar bioskop Indonesia

*Pos: Kontributor dan editor Thomas